Pesawaran – Suara gemuruh hujan bukan lagi sekadar denting di atap bagi warga Desa Tajur, Kecamatan Marga Punduh, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Ia adalah alarm ketakutan yang membangunkan trauma banjir besar yang selalu mengintai.”Setiap musim hujan, was-was itu selalu datang. Apalagi kalau hujan deras tanpa henti sampai malam seperti kemarin. Tidur pun tidak nyenyak,” ungkap seorang warga yang enggan disebutkan namanya, suaranya penuh kecemasan.(31 Juli 2025)
Ketakutan warga Tajur bukanlah paranoid tanpa dasar. Bencana banjir yang berulang kali melanda desa mereka bersumber dari masalah kronis yang diabaikan: tanggul vital di daerah itu telah ambruk puluhan tahun lamanya. Kerusakan infrastruktur penahan air ini menyebabkan aliran air dari daerah belakang dengan mudah meluap dan menerjang permukiman warga.
“Lihatlah tanggul itu! Sudah puluhan tahun seperti itu, tinggal puing. Akibatnya, air gampang sekali meluap masuk,” protes warga lain. Luapan air itu, menurut kesaksian mereka, mengalir deras mulai dari belakang Mushola desa, menyapu permukiman padat penduduk, hingga mencapai area Kantor Desa Tajur. Genangan air yang tinggi dan arus deras tidak hanya merendam rumah dan harta benda, tetapi juga mengancam keselamatan jiwa, terutama anak-anak dan lansia.
Fakta bahwa tanggul tersebut telah rusak parah selama puluhan tahun menjadi titik kritis yang menyulut kemarahan dan keprihatinan warga. “Sudah berapa kali kami laporkan? Sudah berapa kali kami minta tolong? Ini bukan masalah baru, ini masalah yang dibiarkan membusuk!” seru seorang tokoh masyarakat setempat.
Warga Desa Tajur kini menyampaikan teriakan hati mereka secara terbuka melalui media, menuntut tindakan nyata dan segera, Prioritas Pembangunan Tanggul Baru: Mereka mendesak Pemerintah Kabupaten Pesawaran dan Pemerintah Provinsi Lampung untuk SEGERA memasukkan rehabilitasi atau pembangunan tanggul baru di Desa Tajur sebagai program prioritas.
Tanggul yang kuat dan fungsional bukan lagi kebutuhan, melainkan darurat keselamatan. Publik berhak mengetahui, mengapa infrastruktur krusial seperti tanggul bisa dibiarkan ambruk dan tidak berfungsi selama puluhan tahun? Apakah ada evaluasi dan langkah pencegahan kegagalan serupa di masa depan.
Selain tanggul, warga juga mempertanyakan keseriusan penanganan daerah aliran air dan sistem drainase di sekitar desa untuk mencegah luapan air dari sumber lainnya. Kami bukan meminta yang muluk-muluk. Kami hanya ingin hidup tenang saat hujan turun, tidak diteror ketakutan akan banjir yang sebenarnya bisa dicegah jika tanggulnya diperbaiki, tegas pernyataan bersama warga yang disampaikan kepada media ini.
Kami berharap jeritan mereka yang disertai lokasi spesifik (Desa Tajur, Kecamatan Marga Punduh, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung) kali ini benar-benar didengar dan ditindaklanjuti dengan langkah konkret, sebelum bencana berikutnya datang dan memakan korban lebih besar.
Desa Tajur menunggu jawaban, bukan sekadar janji. Nyawa dan harta benda warga bergantung pada seberapa serius pemerintah menanggapi darurat tanggul ambruk yang telah berlangsung puluhan tahun ini.
By. Redaksi